Bismillahirrahmanirrahim
Sebuah Prolog
Dunia remaja sudah membuat saya jatuh cinta sejak lama. Entah kenapa dan bagaimana bermula saya juga kurang mengerti sebab pastinya. Semua datang dan mengalir begitu saja.
Saya hanya mampu menduga. Jika ketertarikan itu muncul karena saya tumbuh dari cerita kedua orang tua saya. Utamanya papa yang saat usia belia terpaksa harus jauh dari orang tua kandungnya. Bagaimana beliau berjuang keras sendiri untuk menemukan jati diri terbaiknya.
Belakangan saya mengetahui ternyata papa juga memiliki impian kuliah di fakultas psikologi. Namun, takdir membawa cerita yang berbeda. Setelah mencoba berkali-kali dan gagal akhirnya berubah haluan.
Kemungkinan kedua adalah saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Momentum yang membuat ketertarikan saya pada dunia remaja semakin membulat dan menetap jadi sebuah keyakinan. Saya melihat seorang guru Bimbingan dan Penyuluhan; sebutan untuk guru atau konselor sekolah pada saat itu.
Sosoknya bisa sangat dekat murid-murid yang terkenal sukar "ditaklukkan" oleh guru lain. Santai, namun nasihatnya selalu mengena. Membuat saya-khususnya untuk selalu berpikir ulang pada tiap tindakan yang akan dilakukan.
Beliau juga yang membantu mengatasi kecemasan saya. Ketika harus berpidato sebagai Ketua Osis di hadapan ratusan orang untuk pertama kalinya. Semoga jadi amal kebaikan yang selalu mengalir padanya. Jika dijabarkan akan sangat panjang karena banyak sekali rekaman ilmu yang saya dapatkan dari beliau.
Waktu berganti dan saya semakin ingin menemukan keteguhan dari keinginan itu. Seolah semesta merestui untuk memahami rentang perjalanan kehidupan remaja, saya pun terus didekatkan dengan dinamikanya. Melalui lingkaran teman-teman, saya diperlihatkan turbulensi dunia remaja yang luar biasa.
Merdeka Berkarya
Singkat cerita ternyata ketertarikan itu terus terbawa hingga pada akhirnya saya berhasil masuk kampus Psikologi. Di sana saya berusaha menempa, menemukan dan memberikan validasi pada keyakinan diri untuk selalu bisa berkontribusi. Dunia psikologi anak, pendidikan, keluarga juga menarik perhatian saya. Namun, tidak pernah sebesar daya tarik dunia remaja. Mungkin juga karena bidang lain sudah banyak yang menggelutinya, tetapi yang terpenting saya percaya Tuhan tidak pernah salah proporsi memberikan alur cerita ini.
Meskipun pernah sempat patah hati dan ingin berhenti bergelut dengan dunia parenting dan remaja. Saya bersyukur selalu dipertemukan alasan untuk kembali.
Misi 'Dian Eka' yang terus berjuang memampukan diri agar terus dapat merdeka menjalani perannya. Sebagai sandaran dan teman bicara bagi anak-anak ideologisnya. Beberapa upaya pernah dilakukan mulai dari membuat sebuah komunitas bersama rekan yang memiliki antusiasme sama. Lalu, ada komunitas 'Akar Remaja' yang mewadahi mereka berbagi dan berkarya. Semuanya memang terhenti di jalan karena banyak kendala teknis yang semakin sulit ditemukan. Hingga akhirnya memutuskan untuk terus meng-upgrade diri dengan ilmu dan ketrampilan yang tetap bisa mendekatkan diri pada dunia mereka. Mulai ikut workshop talent mapping hingga terakhir memberanikan mengambil sertifikasi sebagai praktisi hipnoterapi.
Semua itu diniatkan untuk bisa terus menyelaraskan diri dengan kebutuhan remaja masa kini. Sebab selama menjadi praktisi psikologi dan konselor banyak sekali temuan yang meluluhlantakkan hati. Dunia mereka yang rentan dan penuh ancaman.
Seiring waktu akhirnya secara pribadi semakin percaya bahwa ini salah satu tujuan penciptaan saya, yakni menjadi perantara Yang Maha Kuasa dan mengambil kekosongan peran di sana.
Memerdekakan para remaja agar menjadi manusia dewasa yang tumbuh dengan tujuan dan bahagia seutuhnya.
Meski sering dibilang aneh karena memang jujur ini sama sekali tidak mudah, menantang dan di satu waktu akan merasa lelah. Namun, itu semua tidak sebanding dengan sukacita yang datang ketika melihat mereka mampu secara mandiri menghadapi dunia yang tidak selalu ramah. Melihat senyumnya, mendengar ceritanya serta ketika mereka bangga berhasil menularkan inspirasi kepada lainnya.
Apa saja sih tantangannya? Bisa disimak sampai tuntas di bawah ini.
Tantangan Memahami Dunia Remaja
Bagi orang tua berinteraksi asyik dengan remaja adalah aktivitas penuh tantangan. Semakin menarik karena sebagai orang dewasa kita harus menyadari pentingnya mendidik diri sendiri. Berupaya memperbaiki diri terlebih dahulu sebelum sibuk menerapkan konsep-konsep terbaik ala orang dewasa kepada mereka.
Jangan menghakimi remaja tanpa mau memahami proses kehidupan yang dialaminya. Setidaknya sebagai orang yang pernah ada di masa itu, pasti tahu bagaimana gejolak rasanya.
Merujuk dari berbagai teori, anak yang dikatakan sudah masuk kategori remaja adalah yang telah memasuki usia 10 hingga 18 tahun. Rentang usia ini mereka akan masuk masa badai pencarian identitas diri.
Sebuah tahapan kematangan fisik dan seksual yang sering disebut juga masa pubertas. Kecanggungan akan terasa karena secara fisik dan hormonal mereka sudah tidak bisa dikatakan anak-anak. Namun, juga belum masuk masa dewasa.
Menurut Adams dan Gullota (1983) dalam buku Psikologi Remaja yang ditulis Sarlito Wirawan, setidaknya ada lima aturan dasar untuk memahami problematika remaja. Lima hal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepercayaan
Trustworthiness, merupakan sikap saling percaya kepada remaja. Menghadapi mereka dengan kepercayaan yang setengah hati tidak akan membawa kita kemanapun.
2. Ketulusan
Genuineness. Prinsip ketulusan ini penting karena remaja peka dan bisa merasakan mana yang murni dan tidak berpura-pura.
3. Emphaty
Aturan ini masih berkaitan dengan yang prinsip sebelumnya. Empati adalah kemampuan untuk turut merasakan perasaan remaja yang sedang berhadapan dengan kita.
4. Honesty
Sebagai orang dewasa saat berinteraksi dengan remaja harus senantiasa bergerak atas dasar kejujuran.
5. Aturan terakhir adalah yang terpenting. Kesimpulan pandangan remaja bahwa orang tua atau orang dewasa tersebut telah memenuhi keempat hal sebelumnya.
Oleh karena itu, jika memang ingin berhasil maka aturan dasar tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan.
Uniknya Berkomunikasi dengan Remaja
Fase paling unik dan menantang adalah ketika anak beranjak remaja. Periode ini anak akan tumbuh secara fisik, emosional juga intelektual. Semua fungsi mulai berkembang secara maksimal.
Tidak heran jika di periode ini remaja sangat energik, kritis, keingintahuan yang semakin tinggi, idealis, dan semakin tertarik pada prinsip benar dan salah. Sehingga, tidak heran jika tahapan ini orang tua dan anak akan rentan berkonflik.
Jika ingin berhasil komunikasi asyik dengan remaja, maka orang tua harus memposisikan diri sebagai orang yang memiliki perspektif sama dengan remaja. Pahami keresahannya, mengerti gejolak emosinya sebagai remaja agar dapat masuk ke dalam dinamika kehidupannya Ironisnya masih sering dijumpai orang tua yang masih enggan menurunkan ego untuk menghormati privasi mereka.
Karakteristik remaja tidak suka jika terlalu banyak dinasihati atau digurui. Komunikasi yang dilakukan harus setara, yaitu percakapan yang memberi ruang tumbuh bagi mereka. Ruang untuk didengarkan, diapresiasi, diakui, bebas menyampaikan gagasan, impian, ide, perasaan, dan atau keluh kesahnya. Lantas semua itu dikumpulkan untuk menemaninya bersama-sama mencari pintu solusi terbaik.
Peran manusia dewasa bukan untuk menjejalkan apa yang sudah kita ketahui. Melainkan memberikan stimulus agar daya dorong internal dan potensi remaja tumbuh. Lalu, bakat itu berkembang selaras dengan minat yang nantinya pasti bermanfaat.
Demikianlah cerita saya yang berusaha mengisi kesadaran untuk terus mengambil peran merdeka berkarya dengan memerdekakan para remaja. Menemani perjalanan menemukan dirinya, mengenali, menerima lukanya dan tetap tumbuh berdaya.
Bersama orang dewasa lainnya saya berharap dapat menjadi pendidik yang kreatif dan mampu menumbuhkan pemahaman. Bahwa remaja seperti manusia pada hakikatnya merupakan pembelajar sepanjang hayat. Manusia yang memiliki kebutuhan diakui keunikan dan cara pandangnya.
Semoga tulisan ini bisa diambil manfaatnya. Mohon doanya ya kawan agar saya terus memiliki energi untuk melakukan ini semua. Jikalau nanti lelah tolong gandeng saya ya?!--Iya gandeng aja, soalnya kalau minta gendong pasti enggak ada yang kuat:)
Salam Baik,
Tabik!
Sumber Referensi :
Sarlito W.Sarwono, Psikologi Remaja, Cetakan Kedelapanbelas, Rajawali Pers, Jakarta, 2016, Hlm.18
#IbuProfesionalSemarang
#SemarakKemerdekaan
#IbuProfesionalSemarang
#LombaKontenKreatifSemarang
#HUTRi76
#KeluargaBahagiaKeluargaMerdeka
#SemestaKaryauntukIndonesia
#RCIPSemarang
#MerdekaBerkarya
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)
Salam kenal,
Dee.Irum