Foto : Dokumentasi Pribadi |
Matahari mulai tergelincir pelan
Langit merekah merah jingga berkejaran
Tanpa kata dalam keramaian
Senyuman jiwa terbenam bersama angan
Suara detak semakin riuh
Melesak semakin jauh
Ingin kulempar saja sauh
Terhenti sesaat dan berlabuh
Melesak semakin jauh
Ingin kulempar saja sauh
Terhenti sesaat dan berlabuh
Di pelataran parkir kuda-kuda besi
Lamat-lamat dari kejauhan
Suara panggilan-Nya telah diserukan
Kubasuhkan air suci membasahi pori-pori
Suara panggilan-Nya telah diserukan
Kubasuhkan air suci membasahi pori-pori
Dilantai rumah-Mu, ingin kusungkurkan gulana
Bersama mereka raga-raga separuh nyawa
Ada yang hilang dan kerontang
Mencoba membilas haus, dalam sembahyang yang tak terlalu panjang
Bersama mereka raga-raga separuh nyawa
Ada yang hilang dan kerontang
Mencoba membilas haus, dalam sembahyang yang tak terlalu panjang
Diatas sajadah sedikit lusuh terbentang
Di penghujung salam saat sayap-sayap doa dibentangkan
Suara isakan terdengar pelan
Tercekat sesenggukan
Di penghujung salam saat sayap-sayap doa dibentangkan
Suara isakan terdengar pelan
Tercekat sesenggukan
Duduk bersimpuh berjejeran
Namun, mulut saling bungkam
Jantung berdebam
Jantung berdebam
Kencang berlarian
Tangan menengadah, berharap mampu enyahkan gundah
Pasrah, bukan menyerah
Kata itu yang ingin kusampaikan padamu
Wahai raga yang terbaring lesu, menahan semua pilu
Wahai raga yang terbaring lesu, menahan semua pilu
Hayat yang menanggung rindu
Saudara, aku paham apa yang berkecamuk dikepalamu
Aku tahu kelindan tanya disitu
Tapi, Jangan! Jangan tanya kenapa kamu?
Atau apa salah dan dosaku?
Aku tahu kelindan tanya disitu
Tapi, Jangan! Jangan tanya kenapa kamu?
Atau apa salah dan dosaku?
Jawabnya kau juga pasti tahu
Kucoba rangkai kata bergelanyut pada senda
Bibir itu membentuk lengkungan tawa
Tapi ditepi netramu membisu
Kucoba rangkai kata bergelanyut pada senda
Bibir itu membentuk lengkungan tawa
Tapi ditepi netramu membisu
Jiwamu diam tersudut ditubir sunyi nan ambigu
Senyap melagu memandu gelebah syahdu
Aku membeku, didera gaduh tanya
Akankah aku piawai memikul cinta-Nya
Senyap melagu memandu gelebah syahdu
Aku membeku, didera gaduh tanya
Akankah aku piawai memikul cinta-Nya
Ataukah justru cabar sungsang memeluk malang?
(Semesta-Mu selepas senja, 4 Safar 1441 Hijriyah)
Aduduuu ku terperangkap kak
BalasHapusDiksinya tak biasa, aku suka.
BalasHapusAku terbawa sama diksinya. Pesannya merasuk dlm hati 😍
BalasHapusSudah tidak bisa berkata nih, saking apiknya. Hehee
BalasHapusdalam sekali puisi ini
BalasHapus