Apa iya anak bisa stres? Dunia anak itu bebas, mana mungkin dia stres? Masih kecil kok stres? Komentar senada di luar sana pasti ada lebih banyak lagi. Sayang sekali, semua asumsi tersebut salah. Sebab, bagi sebagian anak hal itu benar mereka rasakan.
Stres bukan monopoli orang dewasa saja. Stres sebenarnya merupakan bagian dari diri manusia sejak awal kehidupannya. Mulai saat bayi ketika pengalaman belajar mengenal rasa haus dan lapar, tidak bisa melihat sosok ibu yang sedang menjemur pakaian, jatuh saat mulai belajar berjalan, mengalami sakit, dan masih banyak hal lainnya.
Seperti halnya pada orang dewasa, stres pada anak sifatnya sangat individualis atau khas (idiosinkrasi). Tidak bisa menggunakan penilaian 'Apple to Apple' untuk menilai penyebab dan gejala stres pada seseorang. Tidak semua orang jadi stress jika terdampak oleh hal yang serupa. Misalnya, seorang anak dengan mudah beradaptasi ketika awal masuk sekolah dan tanpa penolakan sedikitpun. Namun, anak lain merasa sangat ketakutan ketika ditinggal orangtuanya hingga ia takut masuk sekolah. Anak yang stres akan bereaksi dengan cara yang beraneka ragam.
Beberapa anak cenderung mengalami regresi perilaku ke masa bayi, seperti mengisap jempol atau tiba-tiba kembali mengompol.
Banyak lagi yang jika anak stres akan muncul tik syaraf, contohnya mata yang berkedip-kedip, twitching, menggulung-gulung ujung rambut, mengeluarkan suara-suara yang berulang seperti orang berdehem, dan gerak-gerik kebiasaan khas (manerisme) lain yang biasa dilakukan oleh seseorang yang mengalami stres.
Mengupayakan pertolongan kepada anak yang mengalami stres tentunya memerlukan waktu yang panjang dan juga kesabaran. Apa yang kadang oleh orang dewasa bukan penyebab stres pada anak justru seringkali malah yang jadi faktor utama yang membuat anak sangat stres. Anak berusia dua tahun harus berjuang melawan rasa cemasnya, karena ayah dan ibunya akan berangkat kerja. Ini mungkin rasa stresnya sama besar dengan anak yang harus tinggal dan dirawat di rumah sakit.
Orang dewasa terutama orangtua sangat diharapkan bisa membantu anak dapat melewati masa-masa stres itu. Kita sebagai orangtua sudah pernah berada di masa mereka saat ini. Jika saja memang lupa pengalaman waktu kecil dulu, setidaknya bergeser sedikit untuk mengubah sudut pandang kita. Mengapa? Mencoba melihat melalui perspektif anak agar dapat mengerti stres yang mereka alami dengan hati.
Cara Membantu Anak untuk Melewati Stres :
1. Sediakan waktu bagi anak untuk menjelaskan dengan bahasanya.
Jika saja anak menunjukkan gejala sedang mengalami persoalan, apakah itu di lingkungan rumah, sekolah atau di tempat les, maka seyogyanya orangtua harus cepat tanggap. Jangan menunda-nunda untuk menyediakan waktu, hati dan pikiran untuk mendengarkan curahan hatinya.
2. Persiapkan anak untuk mandiri.
Anak tidak akan selalu ada dalam buaian kita, maka sangat diperlukan untuk mengajarkan anak untuk selalu bersiap sedia untuk sesuatu yang mengejutkan. Misal, anak cenderung akan mengalami kekagetan yang menimbulkan kecemasan bila bertemu dengan orang, tempat atau lingkungan yang baru. Oleh karena itu, bekali anak pengalaman terlebih dulu. Biarkan anak melihat juga merasakan lingkungan tempat ia bersekolah nantinya. Lakukan jauh-jauh hari sebelumnya atau saat sedang survei untuk memilih sekolahnya ajak ia ikut serta mengobservasinya.
3. Menerangkan waktu sesuai dengan pola pikir anak.
Contohnya, jika ayah akan pergi selama beberapa hari ke luar kota. Maka cara menjelaskannya harus sesuai dengan daya nalar usia anak. Jelaskan dengan kalimat konkret, "Ayah akan pergi ke Cirebon dan kembali setelah Mas belajar bersama ibu selama dua kali".
4. Letakkan harapan pada anak sesuai dengan porsinya.
Artinya, jangan berlebihan menuntut anak untuk selalu juara atau sempurna dalam hal apapun. Sering, orangtua tanpa sadar memaksakan kehendaknya dengan target-target diluar kemampuan anak. Ingin anaknya selalu jadi bintang kelas, lalu sibuk menambah jam belajar anak dengan les beraneka rupa. Waktu bermain anak akhirnya hilang. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa stresor terbesar yang membuat anak kalut, sedih dan putus asa adalah harapan orangtuanya. Maka, perlu sekali orangtua menurunkan egonya dan merendahkan harapannya agar anak terbebas dari stres.
5. Biarkan anak menerima perlakuan sesuai dengan usianya.
Artinya, alasan apapun yang dimiliki orangtua, biarkan anak berlaku sebagai anak. Jangan biarkan ia mengurus dirinya sendiri, seperti orang dewasa.
Sesekali untuk melatih kemandirian tak apa, namun jangan terlalu sering. Sebab, jika anak melakukan hal yang tidak sesuainya kapasitasnya dan kemudian ia gagal. Maka, anak secara tidak sadar akan menyalahkan diri sendiri. Merasa tidak mampu memenuhi harapan orangtuanya. Tentu saja ini akan mempengaruhi harga dan kepercayaan dirinya. Situasinya akan tambah buruk jika semua itu berlangsung terus menerus.
6. Tunjukkan cinta dan kepedulian Anda.
Seorang anak yang mengetahui bahwa ia selalu didukung dan dicintai oleh orangtua dan keluarganya. Tidak akan mudah merasa cemas dan rentan stres, sebab ia tahu ada kekuatan yang selalu siap ada untuknya. Berikan pujian atau kalimat penyemangat untuk mengurangi stresnya. Yakinkan anak bahwa ia akan mampu melewati semuanya.
Anak adalah aset peradaban yang akan memegang tongkat estafet penerus para pendahulunya. Tentu kita tidak menginginkan anak mengalami stres berkepanjangan dan berubah jadi depresi. Dampaknya proses tumbuh kembang anak menjadi terhambat. Hal ini pasti akan merampas keceriaan dan kebahagiaan masa keemasannya. Jadi pastikan anak tumbuh dan berkembang dengan bahagia yang otentik. Bahagia jiwa dan raganya.
Siap, makasih ilmunya, Mbak Dee...
BalasHapusSaya salut, tulisannya selalu rapi, terkonsep dan konsisten๐๐
setuju tulisannya selalu padat dan berisi
BalasHapusQ juga lagi strees nih kak. Hehee
BalasHapusAhhhhh, setuju sama tulisan ini. Aku sering banget stres, tapi ortu ga pernah mau tahu. Lalu ketika aku kelihatan stres, malahan dikata kebanyakan ngeluh. Seolah mereka ga peduli dan hanya mentingin diri sendiri
BalasHapusSya stress kerja solusinya apa ya? ๐
BalasHapusTerima kasih mba ilmunya ๐
BalasHapus