Lama aku terpisah
Dari dirinya
Sekian lama
Lama sudah berlalu
Tapi jejaknya
Tertanam slamanya
Dia slalu ada
Di dalam doa
Terselip nama
Di dalam doa
Lewat radio aku sampaikan
Kerinduan yang lama terpendam
Terus mencari biar musim berganti
Radio cerahkan hidupnya
Jika hingga nanti ku tak bisa
Menemukan hatinya
Menemukan hatinya
Menemukan hatinya lagi
Lama sudah berlalu
Tapi jejaknya
Tertanam slamanya
Dia sgalanya bagiku
Dia sgalanya bagiku
Apa yang terjadi jika ku gagal menemukannya
Lewat radio…
Radio Kenangan Kado dari Papa Waktu Masih Sekolah Dulu/ Dokumentasi Pribadi |
Nggak
asing ya sama lagu di atas? Lagu yang masih saja sering diputar ulang hingga
sekarang. Milik Sheila On 7, judulnya Radio, single yang dirilis tahun 2006. Bukan
mau bahas kiat sukses band legends ini berhasil terus eksis menembus batas
generasi. Tapi, penasaran ingin tahu masih ada nggak sih yang tiap harinya suka
dengar radio? Jujur aku agak ragu sih anak ‘zaman now’ apa iya masih suka sama
hal klasik macam begini.
Era
serba digital yang menjadikan segala akses kemudahan tentu saja membuat ‘penggemar’
radio makin susut. Orang mulai berpindah haluan dari media sosial paling tua
ini. Internet memang menggeser pola perilaku dan minat masyarakat.
Meski
begitu banyak yang mengatakan radio nggak bakal mati karena banyak yang
menanti. Ya, paling tidak waktu berkendara masuk mobil kalau bosan dengan MP3
di-playlist pasti pilihannya menyalakan radio. Radio pun pada akhirnya memang harus melakukan
berbagai transformasi, mulai dari channel radio streaming hingga menyasar pada
aplikasi.
Foto : Pixabay |
Mungkin
sebagian anak muda generasi millenial nggak tahu nikmatnya jadi pendengar radio
di era kejayaannya. Tapi buat aku dan atau teman-teman lain sebaya (takut kalau
dibaca tua iih..) yang lahir antara tahun 1980-1990-an pasti paham kisah klasik
yang asyik ini. Sebagai manusia yang menghabiskan masa remaja di era 90-an, seangkatan
sama Dilan, radio jadi kenangan cerita yang sederhana namun manis. Persis kayak
situasi yang digambarkan lewat lirik lagu Sheila On 7 di atas. Peran radio
seperti tidak lepas dari rekam jejak hari-hari kami para muda mudi.
Coba
mana suaranya yang senyum-senyum sendiri terus jantung ser-seran waktu kirim
salam buat “seseorang”, atau waktu telepon kirim salam dan lagu untuk si dia
via penyiarnya. Berbunga-bunga saat di sekolah ada yang diam-diam memberi
sobekan kertas kecil bertuliskan, “Nanti kamu dengar radio A ya, jam setengah
8, kalau ada yang kirim lagu C dari si B itu dari aku buat kamu”. Duh, cuma semut
merah yang merayap didinding yang tahu bagaimana warna pipinya waktu itu. Kisah
indah lain, waktu ada sesi program Curhat On The Air, bisa jadi ramai esok hari
jika kebetulan ada kisah yang mirip dengan seseorang di sekolah. Gosip
terhangat pun merebak.
Radio diperkenalkan pertama kali oleh fisikawan asal Italia, Guglielmo Marconi pada tahun 1901 dan 1902., sebelumnya ada yang mengatakan bahwa sebenarnya yang menemukan transmisi radio adalah Nikola Tesla, Oliver Lodge dan Heinrich Hertz. Sejarah bangsa ini pun mencatat radio berperan besar dalam proklamasi kemerdekaan.
Kini radio tidak hanya digunakan untuk menyampaikan dan mendengarkan berita dan informasi, tapi juga sarana hiburan. Fakta yang sama adalah radio masih menggunakan gelombang AM, FM, atau XM. Menggunakan gelombang radio yang dipancarkan melalui menara antena.
Balik tanya lagi deh? Mana suaranya yang masih setia jadi pendengar radio?
Obrolan tentang radio bagiku selalu ada
muatan sentimental dan emosional. Mengapa karena memang kehidupan keseharianku sangat
dekat dengan radio. Papa dan mama memang yang mengenalkan kebiasaan ini.
Utamanya papa yang memang penyuka musik. Koleksi kaset dan piringan hitamnya
entah berapa koper waktu itu. Sekarang sih sudah entah dimana bekasnya. Aku
ingat waktu kecil dulu, mungkin masih SD tiap sahur selalu ditemani radio
sambil mendengarkan penyiarnya bicara sambil pula aku masih terkantuk-kantuk
melahap hidangan sahur. Atau diwaktu-waktu tertentu kami; aku dan adik-adiku
mendengarkan dongeng yang dibacakan disalah satu radio. Kami terhanyut dalam
ceritanya. Ada hal lain yang paling nggak bisa lupa, kalau mama yang pilih
frekuensinya. Sandiwara radio! Yahuuuu, betul secara nggak sengaja karena mama
ikutin serialnya sambil mengerjakan pekerjaan domestik yang nggak ada habisnya.
Aku akhirnya jadi ikut mengikuti sandiwara radio bersambung itu, Tutur Tinular,
Brama Kumbara lalu Mak Lampir yang suara khasnya paten bikin merinding sampai
sekarang. Betul-betul sensasi yang berbeda yang nggak dimiliki media sosial
lainnya.
Foto : Pixabay |
Lalu
apa alasan radio masih jadi teman sejatiku hingga kini? Jelas pasti karena
manfaat dan dampaknya betul-betul terasa buatku.
- Merasa ada teman. Ini membuat bahagia dan semangat jadi bertambah.
Kenapa?
Ada semacam perasaan intim, akrab yang diciptakan oleh penyiar dengan suara
khasnya. ‘Air Personalty’ kalau kata Mbak Indah Laras, mantan penyiar disalah
satu radio favoritku yang kini jadi guru, kakak, teman seperjuangan. Uniknya
saat kami dipertemukan pertama kali dalam acara komunitas parenting yang kami
ikuti, aku langsung mengingat suaranya. “Eh, kayak pernah dengar dimana ya?”,
kataku waktu itu. Lalu kusebutkan, Imelda FM bukan? (Imelda FM; Female Station,
merupakan salah satu radio yang paling sering aku dengar). Pernah pegang
program Sharing On The Air bukan? Ternyata tebakanku benar dan perjodohan
positif berlaku lagi disini. Aku dipertemukan dengan beliau pemilik suara yang
selama ini aku kagumi. Melalui beliau aku mendapatkan banyak cerita tentang
dunia per-Radio-an. Dunia yang pernah aku impikan. Nikmat mana lagi yang aku
dustakan!
- Membantu menambah daya konsentrasi.
Entah
ya kalau buat yang lain tapi aku merasakan ada peningkatan konsentrasi saat aku
belajar atau beraktifitas ditemani radio. Secara nggak langsung karena dilakukan
terus menerus ini pun meningkatkan kecerdasan. Suara atau audio yang
dikeluarkan oleh radio dan ditangkap oleh telinga memaksa otak untuk
meningkatkan kinerjanya agar menangkap informasi yang disampaikan melalui suara
itu. Selain itu radio juga mengembangkan daya imajinatif yang kuat. Seperti
saat tadi aku mendengarkan program dongeng anak-anak, aku membayangkan
bagaimana raja hutan mengaum, perompak yang sedang menghadang buruannya di
tengah samudera luas. Begitu juga saat mendengarkan sandiwara radio bersama
mama, membayangkan rupa Mantili, Brama Kumbara bahkan seseram apa Mak Lampir
dengan suara lengkingan yang dahsyat itu.
- Melatih kesabaran.
Iya
dong saat kita titip salam atau ikut request lagu pasti ada dong harap-harap
cemas laguku diputar nggak ya? Pesan aku sampai dibacakan nggak ya?
- Fleksibel.
Radio
bisa kita dengarkan sembari melakukan apa saja, dimana saja karena pendengaran
kita yang berperan besar.
- Sarana Belajar dan Mencari
Info Terkini.
Melalui
program-programnya radio bisa diandalkan menjadi media untuk mengikuti
informasi terkini, talkshow dengan menghadirkan narasumber dan tema yang
berganti-ganti, info kepadatan arus lalu lintas pun bisa kita ketahui dengan rinci
melalui radio.
- Banyak Pilihan dan Gratis.
Asyiknya
mendengarkan radio adalah kita bisa bebas mengganti-ganti frekuensi. Tinggal
geser sudah banyak pilihannya yang sesuai selera. Gratis karena nggak pakai
kuota kecuali kalau kamu pakai radio daring; radio streaming atau podcast ya!
Itu
lah cerita alasanku kenapa masih selalu jatuh cinta pada radio, meski
bertebaran channel youtube atau program TV. Seringnya aku nikmati mendengarkan radio
tetap jadi kesenangan sejati yang sensasinya tak terganti. Sambil mencecap kopi
dan segala hingar bingar rutinitas dan situasi pagi hari. Bagaimana dengan
kalian? Masih setia dengar radio? Radio apa yang jadi favorit kalian? Terus
kapan aja nih kalian ditemani radio?
Sumber Bacaan :
https://www.google.com/amp/s/www.jawapos.com/jpg-today/01/05/2019/radio-masih-jadi-media-pilihan-masyarakat/%3famp
https://merahputih.com/post/read/18-fakta-tentang-radio-yang-wajib-anda-tahu
Di radio.. aku dengar.. lagu kesayanganku.. 🤣🤣
BalasHapusKirain nggak suka Sheila on 7.. wkwk.. tapi pembukanya pakai lagu Sheila hihi.
Aku udah lama ga denger radio.. gak Punya Juga radio jadul begitu hihi.. adanya di HP..
Tapi aku seneng kalau siaran radio.. kapan ya Kita siaran lagi kakak? 🤣🤣
Geting nyanding kali yaa...habis mau pake lagunya Queen atau the Corrs kepanjangan wkwkw...iya kapan kita siaran lagi... merindu sudah
HapusSaya dulu suka dengar radio, pas jaman sma walupun orh sdh memakai hp android tapi hpku masih yang nokia, karena hp androidnya hilang😅 di hp itu aku sering denger radio, iseng" kirim sms buat kirim salam terus nyuruh teman buat denger radionya deh haha.
BalasHapusSampai sekarang sudha jarang dengar radio, diganti jadi podcast sih haha.
Eih,di rumahku juga ada radio kayak hadiah dari papa kakak ituu. Punya ayahku waktu bujang masih awet wkwkwk
BalasHapusAhaha,,, jadi pengen service radio punya alm. Bapakku dulu...
BalasHapusAku dulu sering banget request lagu dan kirim salam😂😂
Itu band favorit saya
BalasHapusCung ngacung dong. Aku masih dengar radio sampe sekarang kalo diputar di mobil. Dua tahun sebelumnya masih setia pantengin delta fm tiap tengah malam dengerin orang curhat. Sekarang kalo di hp dengarnya yang tausiyah aja. Wkwk
BalasHapusKu juga masih suka denger radio. Yang ada Desta n Gina hihi
BalasHapusEl*hinta news and Talk, yang selalu menemani kalo perjalanan mudikk. wkwkw
BalasHapussemoga radio bisa terus bertahan di tengah jaman digital ya. koran juga.
BalasHapusRadio, walau 'usang' tapi masih banyak yang suka kok, Kak...
BalasHapusPaling tidak, saat butuh referensi lagu terkini, atau justru rindu langgam lawas, atau sekedar mengenang kisah manis di masa silam... #ea ðŸ¤