Pernahkah kamu merasakan pada satu titik tertentu atap dunia terasa runtuh. Kemudian, sibuk menggerutu dan mulai menghitung satu persatu "ketidakadilan" Tuhan.
Beruntung jika tak pernah ada di masa itu. Sebab aku pernah terjebak di pusaran waktu itu. Semua terasa sesak, mampat dan gelap.
Alih-alih berdoa, namun kata-kata yang kuserukan dalam tiap sujudku malah menggema sibuk memindai semua yang belum ada digenggaman. Lupa kenikmatan Tuhan yang jauh lebih banyak daripada yang mampu kuhitung.
Mengapa si A yang begini abai padaMu justru Engkau berikan permintaannya dengan serta merta, sedangkan aku dengan pinta sederhana juga telah berbuat begitu rupa laku kebajikan tak jua kunjung Engkau kabulkan. Aku sibuk menghitung untung rugi seolah berbuat kebaikan adalah transaksi.
Waktuku benar-benar menjadi terlalu sibuk menerka apa maksud Tuhan. Bahkan lancang mendikte Tuhan tentang apa yang seharusnya lebih baik atau lebih buruk. Aku benar-benar terpuruk.
Hingga Dia bicara padaku melalui syair indah karya pujangga idolaku. Tuhan datang membelaiku dengan cara sederhana namun penuh kuasa. Ia tuntun aku menyusuri sebuah perjalanan pengalaman batin menemukan jalanku kembali.
Mataku mulai menyusuri aksara yang saling bertautan mengirimkan pesanNya.
Mataku mulai menyusuri aksara yang saling bertautan mengirimkan pesanNya.
Makna Sebuah Titipan
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku, bahwa sesungguhnya
ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan pada ku ?.
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?.
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini ?.
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?.
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?.
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah kusebut itu sebagai ujian kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan
hawa nafsuku, aku ingin lebih banyak harta, ingin
lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas,dan
kutolak sakit, kutolak kemiskinan, seolah semua
“derita” adalah hukuman bagiku.
seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti
matematika: aku rajin beribadah, maka selayaknyalah
derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.
kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih.
kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak
keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk
beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
( WS Rendra).
Si Burung Merak dalam Sebuah Pementasan/Pic : Google |
Puisi ini dibuat dengan diksi yang umum, tak rumit tapi tetap tak meninggalkan kekhasan keindahannya. Makna yang tersirat sangat lugas aku tangkap. Aku lupa bagaimana sejarahnya hingga aku terdampar membaca karya lawas beliau itu. Namun, aku ingat saat menemukan puisi itu perasaan. Aku merasa terhubung kembali dengan-Nya.
Mereguk kembali nikmatnya rasa syukur, memupuk lagi keikhlasan. Semua terjadi atas ijin Allah. Musibah atau karunia semua terjadi karena perkenanNya.
Puisi ini lalu kuabadikan. Aku cetak berwarna dan kutempelkan dibuku jurnal. Sebagai pengingat.
Menenggelamkan kecewa pada besarnya kesyukuran kita pada setiap nikmat yang telah diijin Tuhan kita cicipi cuma-cuma adalah salah satu obat jiwa.
Sedih dan kecewa adalah sifat manusia. Jika aku atau kamu sesekali lelah tentu karena kita manusia biasa.
Lalu, coba lihatlah kembali pada ayat-ayat cinta pedoman hidup yang ditinggalkannya untuk kita. Umat muslim seluruh semesta raya. Kita tak perlu ragu atas kuasa Allah. Dia Tuhan Yang Maha Mengetahui apapun yang terbaik untuk kita meski kita tak menginginkannya. Salah satu ayat pengingatnya adalah Surat Al Fathir Ayat 2:
"Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana".
So, jika satu saat sesekali kita kecewa boleh saja namun buang lah pada tempatnya? Dimana?
Gelar sajadah dan benamkan pada sujud yag hanya ada kau dan Dia. Bawa segala gundah gulana pada kokohnya sayap-sayap doa. Kecewa diberikan pada kita untuk selalu terhubung denganNya. Merenungkan kembali apa saja yang telah terjadi dalam hidup kita. Mengambil hikmah dari setiap kejadian, serta berbaik sangka pada Tuhan.
Terpenting lagi kita harus selalu memampukan diri mencari celah kebahagiaan karena tak ada paket kesedihan yang abadi. Mereka datang dengan banyak opsi kunci solusi.
Jika masih saja sesak dadamu, mari duduk bersama bicara dari hati ke hati. Mungkin dengan segelas kopi kita mampu mereduksi segala caci maki.
Siapa tahu kisah sederhana kita j bisa jadi inspirasi. Jangan ragu berbagi rasa "Happy"...
Gelar sajadah dan benamkan pada sujud yag hanya ada kau dan Dia. Bawa segala gundah gulana pada kokohnya sayap-sayap doa. Kecewa diberikan pada kita untuk selalu terhubung denganNya. Merenungkan kembali apa saja yang telah terjadi dalam hidup kita. Mengambil hikmah dari setiap kejadian, serta berbaik sangka pada Tuhan.
Terpenting lagi kita harus selalu memampukan diri mencari celah kebahagiaan karena tak ada paket kesedihan yang abadi. Mereka datang dengan banyak opsi kunci solusi.
Jika masih saja sesak dadamu, mari duduk bersama bicara dari hati ke hati. Mungkin dengan segelas kopi kita mampu mereduksi segala caci maki.
Siapa tahu kisah sederhana kita j bisa jadi inspirasi. Jangan ragu berbagi rasa "Happy"...
Kecewa.. kalau tak diobati dengan tepat, bisa merusak jiwa :)
BalasHapusBetull... yuk, mari direduksi sambil kita ngopi hehe
Hapusrangkaian katanya bagus sekali, kecewa memang tak bisa ditahan perlu disalurkan π
BalasHapusKarena sudah meledak lebih susah dipadamkan π
Hapusngena bgtπ’
BalasHapusAdduhhh...kena disebelah mana kakak..π
HapusJangan ragu berbagi rasaa happy :)
BalasHapusSebab bahagia bisa menular^_^
Hapus"tak ada paket kesedihan yang abadi" menyentuh
BalasHapusMakasiiih π
HapusBaca ini seolah tersadarkan, manusia memang sering menyalahkan Tuhan ketika merasa sedih. Kebaikan yg Tuhan berikan seakan ga berarti apa pun hanya karena diberikan beberapa kesedihan. Nice, Kak.
BalasHapusItulah manusia sering salah menerka hehehe
HapusMasyaAlloh, keren diksinya... Membuka hati,mengajak kembali merenungi apa yang sudah kulaluiπππ
BalasHapusYuk kak...gandengan tangan, berpelukan... belajar barengan π
HapusKeren tulisannya π
BalasHapusMasih harus belajar lagi...masih jauh panggang dari apiπ
HapusTerharu kak ngena banget gitau
BalasHapusMakasih...moga sama-sama bisa saling melengkapi yaπ
Hapus