Bunda
Elly Risman, Psi sering mengatakan negara kita sudah darurat peran ayah. “Fatherless
Country”. Ber-Ayah Ada, Ber-Ayah Tiada. Bukan melebih-lebihkan tapi
ini adalah fakta. Selama ini yang kita pahami dan sering dijumpai bahwa
ketidakhadiran ayah hanya akan diratapi bila ada peristiwa kematian atau
perceraian. Namun, sangat kurang dicermati perannya dalam perkembangan
mental atau psikologis keluarga. Lalu, pentingkah peran dan keterlibatan ayah
dalam keluarga?
Bermainlah Bersamanya-Pic. from Google |
Sejak
jaman kuliah memang saya cukup tertarik dengan bahasan tentang ayah. Berangkat
dari pengalaman pribadi sebagai anak, dan juga pengamatan yang tanpa sengaja
saya lakukan pada teman-teman sebaya saya waktu itu. Mereka yang keluar masuk
ruang bimbingan konseling hampir bisa dipastikan latar belakang ceritanya
kurang lebih sama. Tiada figur orang tua, utamanya saat masa remaja itu ayah.
Entah mengapa oleh Allah saya selalu didekatkan dengan teman-teman pemilik
cerita- cerita "spesial". Sampai pernah satu kali karib saya yang
lain yang merasa berbeda zona “me-wanti-wanti" saya untuk menghindari
mereka. Tentu saja itu tak bisa saya kabulkan. Masa remaja hingga mahasiswa
bahkan pengalaman pribadi menjadi konselor sekolah membuat saya tetap mengamati
pola ini. Ada hubungan yang cukup erat antara perilaku anak yang sering
dianggap bermasalah ini dengan ketidakhadiran dan kurangnya keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak.
Talking Heart to Heart-Pic.from Pixabay |
Kita sadari secara fisik ketidakhadiran ayah dapat
disebabkan berbagai hal. Bisa jadi karena perceraian, kematian atau tuntutan
kesibukan pekerjaan yang harus bertugas di daerah lain. Hingga jarang bersua.
Namun, terlepas dari perbedaan latar belakang situasi yang dihadapi tiap
keluarga, banyak penelitian menunjukkan hasil ada kesamaan reaksi dan dampak
yang ditunjukkan anak
terhadap ketidakhadiran atau hilangnya peran ayah dalam keluarga. Apakah
itu? Nanti kita bahas lebih lanjut ya? Ditulisan yang akan datang.
Ada semacam ilustrasi yang beredar, jika ayah kurang aktif
terlibat dalam membangun hubungan emosional atau psikologis yang sehat dengan
anaknya. Berlindung di balik kesibukan rutinitas pekerjaan, seolah ingin hal
itu dimaklumi. Lantas, para ibu demi menjaga perasaan ayah meng-amini tindakan
itu. Melindungi agar ayah tidak terganggu fokus kerja dan karirnya, sehingga
alih-alih berkomunikasi tentang masalah pendidikan atau perilaku anak pihak ibu
lebih memilih meminimalkan "gangguan". Akhirnya terjadilah Ibu yang
kurang aktif mendorong atau memberikan ruang bagi keterlibatan ayah. Sebuah
ilustrasi sempurna ya? Ayah kemudian menjadi terasing dari keluarganya sendiri.
Perlu diingat bahwa keterlibatan peran ayah ini
sesungguhnya tidak berbanding lurus dengan kenyataan banyaknya jumlah waktu
yang diluangkan ayah bersama anak atau keluarganya. Pengukuran ini lebih pada
esensi atau makna yang terkandung dari tiap hal yang dilakukan ayah bersama
anak hingga waktu kebersamaan mereka dipersepsikan berharga. Jadi
kesibukan atau sempitnya ruang bertemu bukan alasan bagi ayah untuk tidak
berlatih menunjukkan kasih sayang yang sehat pada anaknya, bukan?
Lalu, kembali pada pertanyaan apakah ayah diperlukan dalam
keluarga? Semoga ada yang spontan menjawab, Ya, Pastilah perlu! Jawaban yang
sudah pasti, mengapa pula dipertanyakan lagi. Baik, saya sepakat bahwa peran
ayah selalu dan sangat diperlukan dalam keluarga. Peran ayah sebagaimana pentingnya
kehadiran ibu sangat dibutuhkan oleh anak secara menyeluruh. Tak hanya aspek
fisik namun juga psikologis. Anak perlu belajar berbagai macam karakter dari
kedua orangtuanya secara seimbang. Karakter harus dicontohkan langsung
oleh role model utamanya di dalam rumah yaitu ayah dan ibu. Karakter yang
dicontohkan kepada anak tidak efektif jika hanya melalui lisan, sebab hanya
sekitar 10 % yang terserap.
Namun kenyataan yang terjadi selama ini, mindset sebagian
besar masyarakat kita belum berubah. Bahwa peran ayah hanya bertugas mencari
nafkah dan peran pengasuhan anak dalam keluarga adalah tanggung jawab ibu. Tiap
kali ada perbincangan masalah pendidikan atau masalah anak dalam keluarga,
siapa yang selalu jadi sorotan. Ibu.
Ibu
memang sekolah utama anak dan berperan sebagai guru bagi buah hatinya, namun
kepala sekolahnya tetaplah ayahanda Ayah yang bertanggung jawab mengkonsep
secara rinci kurikulum dalam keluarga, lalu ibu berlaku sebagai guru
pelaksana. Semua harus saling bekerjasama layaknya sebuah tim, agar
mampu mencetak generasi-generasi terbaik. Pemegang kunci peradaban yang siap
menyebarkan kebaikan di seluruh muka bumi.
Ayah, Pulanglah ke Rumah! Anakmu menanti...Kami Rindu...
Peran ayah sangat penting bagi perkembangan psikologi anak terutama anak perempuan, aq merasakan banget akan hal itu
BalasHapusYesss... betul banget..dan sayangnya masih sering terabaikan, ditunggu kelanjutannya ya kakak
HapusTeringat Alm Ayah ðŸ˜,Iya benar kebanyakan orang berfikir bahwa waktu akibat kesibukan menjadikan jauh atau tidak atau kurangnya peran ayah, namun saya rasa didunia yang semakin maju teknologi telah mendekatkan yang jauh tpi jgn sampai menjauhkan yang dekat.
BalasHapusSetuju banget tehnologi jangan sampai buat yang sebenarnya dekat malah jauh. Semangat ya, Al Fatihah buat alm.ayahanda o:-)
HapusSemoga para ayah membaca nya
BalasHapusAamiin...itu harapan terdalamnya^_^
HapusLalu, bagaimana nasib sang anak jika ayahnya tidak ada?
BalasHapusTerutama kondisi mental dan psikologisnya
Pasti akan ada yang kurang dan kering..bisa dibaca ditulisan selanjutnya kakak:^)
Hapusjadi kangen ayah. aku sudah kehilangan ayah sejak 9 tahun yang lalu. pergi ke dimensi lain untuk selamanya. sebagai anak yang besar tanpa ayah, jelas bukan sesuatu yang baik-baik saja.
BalasHapusPasti ada kok sosok yang bisa melekatkan peran ayah pada diri kita. Semoga ayah di dimensi jauh itu tetap melihat anaknya dg seksama.. Semangaaat
HapusIt so deep:( papa kamu begitu berharga
BalasHapusYes, karena itulah
Hapuskehadirannya selalu dirindukan^_^
Kalau para ayah baca, pasti terharu.
BalasHapusSemoga nggak cuma hari, tapi juga terpacu ^_^
HapusJadi inget alm. AyahðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapusTitip rindu buat ayahnya ya kak... Al Fatihah 😇
HapusMembaca ini, aku jadi merasa sebagai anak paling beruntung di dunia. Di saat anak jauh dari ayah, aku adalah anak yang sangat dekat dengan ayahnya. Aku sangat menyayangi ayahku, meski hal ini membuatku tidak begitu dekat dengan ibuku
BalasHapusBeruntung sekali kak...semoga kini semakin bisa dekat juga dg ibu^_^
HapusSaya sepakat dengan ini. Peran ayah dalam pengasuhan anak, memang penting sekali. Thanks sharingnya,Kak.
BalasHapusKembali kasih kakak, bahagia rasanya kalau ini bermanfaat^_^
HapusWaaah bahasannya.. bahasan yang sering kita diskusikan. Ayah.. pulanglah ke rumah,mau dibawa ke mana kapal keluargamu berlayar... Tentukanlah arahnya.
BalasHapusSebagai salah satu fatherless kids, aku tahu rasa pedihnya "patah hati pertama".
Peluk...pelukk.. kukirim pelukan virtual terhangatku :-*
Hapus