TANTANGAN HARI KE DELAPAN
Tak terasa beberapa langkah lagi nyaris sampai di hilir waktu tantangan ini berakhir. Hari kedelapan ini kami mendapatkan sebuah mantra kata-profesi. Sebuah ranah profesional bagi semua orang yang berjuang bersama pena. Sebenarnya sih banyak profesi yang bergelut dengan kata-kata, tinta, dan pena. Sebut saja jurnalis, mereka berlarian bersama fakta dan menggunakan tinta tulisannya untuk menyampaikan berita mutakhir terpercaya yang terjadi disekeliling kita. Selain itu ada beberapa lagi label predikat turunannya bagi si laskar pena, seperti penulis, novelis, cerpenis, blogger dan banyak lagi sebutan lainnya. Semua berjuang bersama tinta menerjemahkan semua cerita kita.
Memaknai Profesi Ini
Profesi secara bahasa diartikan sebagai janji seseorang untuk melakukan kewajiban dan tugas spesifik secara konsisten atau permanen. Sebuah profesi menuntut keahlian dalam bidang tersebut. Profesi juga diatur dan dilindungi oleh kode etik atau aturan tertentu.
Berbeda dengan pengertian pekerjaan, seorang profesional tidak hanya mementingkan materi atau imbalan yang akan didapatkannya. Profesional adalah seseorang yang berkomitmen dan berkompeten pada suatu bidang profesi yang ia geluti. Seorang profesional akan tetap berusaha mengedepankan nilai-nilai luhur profesionalisme seperti nilai moral, etika demi memegang teguh kehormatannya serta juga profesinya. Sehingga ketika aku mencoba melihat ke dalam diriku dan memahami kembali semua pengertian itu, sejujurnya hingga kini aku pun belum berani benar meneguhkan diri sebagai seorang calon penulis profesional. Bukan lah sesuatu yang mudah untukku melakukan sesuatu tanpa berpikir esensinya. Sekuat apapun aku menyederhanakan akal pikiran ini selalu saja akan ada riak gejolak yang tak bisa aku tolak dikemudian hari. Aku harus paham apa yang kupilih, sebab pilihan yang kuputuskan harus ku terima dan jalani dengan semua konsekuensinya. Atas ijin-Nya pasti semua asaku bersama pena yang sudah kulukis dicetak biru impianku akan terjadi. Segera suatu hari nanti, pasti!
Pena Asa dan Karya
Tertatihnya aku sebenarnya terkait inkonsistensi diri yang lumayan akut...he..he..he. Iya, masih suka terdampar mood-nya entah kemana. Timbul tenggelam karena gaduhnya pertanyaannya dalam diriku sendiri. Namun percayalah didasar hati ini menjadi seorang penulis profesional tetap jadi salah satu impian favorit terbesarku. Misi terbesar aku ingin terus menulis adalah untuk keabadian.
Diriku yang berbatas durasi, tak akan pernah tahu kapan kembali kepada yang Maha Pasti. Eh terus apa hubungannya dengan profesi sih? Oke jadi begini...ehem...jadi katakan lah ketika benar-benar sudah memutuskan bahwa aku akan menjadi seorang penulis profesional artinya segala konsekuensi logisnya harus sudah aku ukur sebelumnya. Tidak ada setengah hati, setengah rasa dan setengah kerja. Batasan dan kekuatan yang ada padaku harusnya sudah ku timbang untuk menjadi senjata untuk berkarya lebih nyata. Tentu saja tidak akan mudah menuju kesana.
Menitipkan asa pada karya yang akan dibaca melintasi batas masa bahkan ketika aku sudah tiada. Maka sungguh aku tak diam saja, saat ini aku sedang terus berusaha perlahan merekam jejak aksara, mengumpulkan remah-remah keberanian yang terserak untuk lebih lantang mengutarakan lebih banyak lagi mantra-mantra cinta yang mampu terbang melintas batas cakrawala.
Bismillahirrahmanirrahim
Ku genggam pena ini erat dan meski perlahan-lahan aku mencoba menguraikan asa yang ada ke dalam rangkaian aksara agar asa ini menjadi karya. Sebuah destinasi pilihan menuju profesionalisme nyata, demi prasasti bernama keabadian.
#WanitadanPena
#Day08
#RumbelLiterasiMedia
#IbuProfesionalSemarang
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)
Salam kenal,
Dee.Irum