Tantangan Hari Ke Sembilan
Tampak jelas sekali terlihat benang merah itu bersenyawa dengan hasrat. Kata demi kata menari, meliuk-meliuk mengikuti suara angan diruang mimpi. Saling berebutan berbaris membentuk formasi dengan berbagai macam diksi. Sesekali aku harus berhenti terengah-engah mengejarnya. Beberapa tak terkejar lagi sebab mereka terlanjur lari sembunyi. Aku tersenyum mendapati riuhnya dunia imajinasiku.
MOTIVASI : HASRAT HATI
Begitulah sedikit aku mencoba memersonifikasikan keriaan yang terjadi dalam diriku. Riangnya hati tiap kali aku berpacu bersama aksara. Sering aku ceritakan, bukan? Bahwa dorongan terbesar sekaligus keinginanku untuk terus menulis adalah untuk berbahagia. Itulah alasan paling dasar mengapa aku ingin jadi penulis dan harus menulis. Aku butuh menulis untuk merayakan episode-episode hidup ini melalui cerita-cerita yang tercipta dari goresan penaku. Jika pada akhirnya ada hal lain yang kudapat katakanlah itu sebagai imbalan jerih payahku maka itulah bonusnya. Melakukan suatu hal yang dicintai, dan membuat mata menghangat berbinar-binar lalu diujung jalan ada kejutan dan hadiah menanti ... Wah nikmat mana lagi yang bisa didustakan ya ?Hehe.
Tentu setiap penulis memiliki latar cerita yang berbeda-beda mengapa ia ingin berjuang mengangkat pena? Contoh terdekat adalah suamiku. Pernah aku bertanya, "Kenapa sih dulu punya mimpi kerja di media, dari marketing sampai jadi jurnalis?Padahal ya kan tahu dunia jurnalistik di sini kayak apa...".
"Kan udah dibilang untuk jaringan... networking. Silaturahim intinya itu sih. Materi kan nggak cuma tentang uang, ada banyak definisinya, Nie..." dijelaskan panjang lebar setelahnya.
"Kenapa harus pilih menulis... 'nyemplung' jadi jurnalis gitu maksud Ibun?", tanyaku berisik menelisik karena masih penasaran.
"Ya, karena bagi orang rantau misalnya yang nggak punya siapa-siapa mengetahui berita dan fakta sanak keluarga, kampung halaman yang jauh dari jangkauan dirinya itu penting..", jawabnya dengan nada setengah menggantung.
Sementara aku pahami dulu lah ya kalimat itu, meski sesungguhnya aku tak mengerti benar. Mungkin yang dimaksud suamiku adalah ia bahagia mengambil peran menjadi jembatan berita bagi para pencari kabar.
BAHAGIAKU DAN BAHAGIANYA
Bahagiaku adalah bahagia mereka. Mereka yang sudi meluangkan waktu untuk membaca kisah ceritaku. Bahagia bersama mereka bahkan sekalipun kisah itu untuk menarasikan nestapa. Menertawakan duka lara. Tak ada cerita yang sama dalam kehidup an manusia. Semua membawa kekhasan misi hidup dan kisah penciptaannya dari Sang Pemilik Semesta. Hingga rasanya tak berlebihan jika bagiku peristiwa saat proses menulis karya itulah inti dari semuanya.
Motivasi terbesar selain berbahagia adalah jujur pada perjalanan penaku itu. Mengikutsertakan hati nurani untuk berbagi. Sebab semua diksi, teori tidak akan berarti jika tak ada hati yang menghidupkannya. Bergerak untuk menuntaskan setiap cerita yang sudah berani dimulai. Meniupkan ruh cinta yang ada untuk terus bisa memeluk hasrat merekam jejak-jejak aksaraku. Maka hati ini memang harus diberikan kompas agar sampai selamat pada hilir tujuannya.
Betul sekali! Motivasi, hasrat, dorongan dalam diri untuk terus mau berbagi bahagia apapun ceritanya adalah petunjuk arah kemudi agar aku selalu mampu menuntaskannya hingga karya asa itu terjadi.
#WanitadanPena
#10DaysChallange
#Day09
#RumbelLiterasiMedia
#IbuProfesionalSemarang
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung. Tiada kesan tanpa kata dan saran darimu :)
Salam kenal,
Dee.Irum