Judul Buku : Perjalanan Rasa
Penulis : Fahd Djibran
Tebal Buku : 230 blm
Penerbit : Kurniaesa Publishing
Tahun Terbit : Cetakan I, November 2012
Buku ini adalah buku ketiga karya Fahd Djibran atau sekarang lebih dikenal dengan Fahd Pahdepie yang saya baca. Setelah buku 'Jodoh' dan 'Angan Senja dan Senyum Pagi'. Cukup terlambat memang saya mengenali karya-karya lamanya yang ternyata lebih "saya". Jika ditanya mengapa? Saya suka dengan aliran cerita yang dituturkannya. Ide dan gagasan yang sesungguhnya berat menjadi lebih ringan dicerna.
Buku ini sudah dicetak ulang dengan desain sampul dan penerbit yang baru. Rupanya banyak yang merindukannya. Buku lamanya bersampul merah hati dan desain gambar yang cukup dalam makna, terlihat seseorang yang sedang merenung.
Sinopsis
Di halaman belakang buku ini diatas tulisan ISBN, diakui genre buku ini adalah novel/fiksi, namun saya lebih memilih menyebut ini sebagai kumpulan cerita pendek. Sebab antar bab tidak ada saling berkaitan ceritanya secara langsung. Uniknya cerita-cerita yang berkisah tentang perenungan ini disambungkan oleh satu kata akhir dari cerita sebelumnya menjadi judul atau ide cerita di bab berikutnya.
Ada 51 judul cerita atau bab dalam buku ini. Variasi cerita bermacam-macam, mulai tentang perasaan penulis tentang Mama dan berakhir dengan cerita tentang perasaan seorang Ayah.
Sejak lembaran awal saya sudah mulai masuk dalam perjalanan rasa saya dicerita tentang Mama, juga saat terjadi dialog-dialog dalam diri penulis yang serta merta membuat saya atau mungkin pembaca yang lain ikut mengangguk bersama, larut bersepakat dalam ceritanya. Seperti cerita di akhir buku ini yang menggambarkan tentang perasaan sosok seorang Ayah. Membuat saya menghadirkan sosok ayah dalam imaji, membayangkan dinamika perasaan ayah.
"Demikianlah, akan selalu ada ikatan khusus antara seorang ayah dan anak. Dialah ayahku, ketika kecil, remaja, dewasa, dan tetap akan menjadi ayahku untuk selama-lamanya.."
Buku ini seolah mengajak kita berdialog, dan membawa kita melihat dengan sudut pandang berubah-ubah. Penulis menggunakan kata 'aku' dibeberapa cerita, namun terkadang ia bertutur melalui sapaan 'kamu'. Dibuku ini sisipan kisah bersama keluarga juga menjadi salah satu kekuatannya
Perenungan dialogis (self talk), cukup terasa tiap membaca lembar demi lembarnya. Seperti membawa pembaca 'Perjalanan Rasa' ini layaknya berbincang-bincang dengan dirinya. Kutipan-kutipan cerita bermakna mungkin sudah menjadi salah satu ciri khas Fahd Djibran disetiap bukunya. Sejak halaman pertama sudah terasa atmosfernya, mungkin bisa jadi ini subjektif. Namun menurut saya penulis berhasil mengajak pembaca, merenungi kisah-kisahnya yang kemudian membawanya ke ranah dialogis pribadi; ranah religius dengan tutur bahasa yang universal.
Seperti dihalaman persembahan penulis yang ditujukan kepada anaknya :
...
belajarlah dalam kesabaran Ayub
berjalanlah bersama keberanian Ibrahim
bacalah semesta melalui kecerdasan Sulaiman
taklukkan angkuh dunia dengan ketangguhan Muda
himpunlah semua kebijakan Yakub
katakanlah kebenaran semerdu suara Daud
kasih ilahi sesama sepenuh cinta Isa
lalu masuklah kebeningan dirimu bersama ketakwaan Muhammad
...
Bagi saya kalimat itu cukup lembut, indah sekaligus tajam penekanannya mengenai doa, harapan orang tua dengan pemilihan role model yang otentik.
Contoh kutipan lain yang menurut saya cukup mengena ada di cerita berjudul 'Berbahagialah' :
"Ah, kadang-kadang kita hanya perlu jeda, menunda semua asumsi dan prasangka... lihatlah ke kedalaman masing-masing dan percayalah : everything is going to be amazing! Ya, paling tidak untuk sekarang, berbahagialah: Enyahkan ketakutan-ketakutan!"
Kelebihan
Buku Perjalanan Rasa ini cocok bagi siapa saja yang ingin menjelajahi petualangan rasanya sendiri. Bersiap dibawa ke kilas balik masa lampau, kemudian dibawa berdiskusi dengan fenomena kekinian. Sesekali ikut galau sebab menemukan kemiripan kisah. Seperti membaca buku filsafat namun jauh lebih ringan.
Kekurangan
Cukup banyak kesalahan penulisan dalam cetakan buku ini. Tidak fatal, namun cukup membuat tidak nyaman saat membaca.
Kelemahan yang lain adalah ada beberapa cerita yang masih cukup berat dan sulit dicerna maknanya.
Secara keseluruhan buku ini tetap menyenangkan untuk dibaca siapapun, untuk merefleksikan diri atau sekedar mengajak jiwa ini berekreasi melalui perenungan sederhana. Bisa jadi sebuah upaya meditasi untuk mengembalikan kepekaan jiwa.
'Selamat menjelajahi perjalanan rasamu! Semoga Tuhan mendekatkan semua rahasia perasaan pada jawabannya!'
#oneweekonepost
#blogwalking
#rumbelLMIPS
#resensibuku
#perjalananrasa
Kk instrinsik sama ekstrinsik nya dong kk
BalasHapus